Anakkon hi do Hamoraon di Au
(Hartaku yang paling mahal adalah anakku)
Barangkali atau tidak pemikiran “Anakkon hi do hamoraon di au” ini datang dari Junani kuno. Dan kalau mau sedikit menarik ke belakang, halak hita, konon tidak satu pun yang dilahirkan sebagai pekerja. Tapi pemikir. Maka di masyarakat Batak, tidak jarang seorang ayah, rela menjual seluruh harta kekayaannya hanya agar bisa membayar uang sekolah anaknya. Bukan hanya itu, bila perlu, berhutang dan “menggadaikan”nyawanya pun dilakukan, asalkan anaknya bisa mencapai gelar tertinggi di bidang pendidikan. Nah, lihatlah salah satu di antaranya yang dapat menggapainya, Prof. Dr. Ir. Punten Naibaho, yang berasal dari Tano Ponggol, Pangururan, Samosir.
Ahli pertanian lulusan Institut Pertanian Bogor ini, tidak pernah merasa lelah, apalagi bosan untuk meningkatkan pengetahuannya di bidang pertanian.
(Hartaku yang paling mahal adalah anakku)
Barangkali atau tidak pemikiran “Anakkon hi do hamoraon di au” ini datang dari Junani kuno. Dan kalau mau sedikit menarik ke belakang, halak hita, konon tidak satu pun yang dilahirkan sebagai pekerja. Tapi pemikir. Maka di masyarakat Batak, tidak jarang seorang ayah, rela menjual seluruh harta kekayaannya hanya agar bisa membayar uang sekolah anaknya. Bukan hanya itu, bila perlu, berhutang dan “menggadaikan”nyawanya pun dilakukan, asalkan anaknya bisa mencapai gelar tertinggi di bidang pendidikan. Nah, lihatlah salah satu di antaranya yang dapat menggapainya, Prof. Dr. Ir. Punten Naibaho, yang berasal dari Tano Ponggol, Pangururan, Samosir.
Ahli pertanian lulusan Institut Pertanian Bogor ini, tidak pernah merasa lelah, apalagi bosan untuk meningkatkan pengetahuannya di bidang pertanian.
No comments:
Post a Comment