Pulang Kampung setelah pensiun
Ketika setiap orang mulai berlomba mengejar jabatan, dan ketika penghargaan manusia atas manusia mulai bergeser, dan ketika para birokrat negeri ini mulai limbung menghadapi berbagai persoalan yang carut marut, ketika itu pula pria kelahiran Pangururan, yang menyelesaikan tukang insiniurnya di Universitas Sriwijaya Palembang ini, mengatakan, hanya mereka yang pernah merasa cukuplah yang bisa merasakan nikmatnya kehidupan. “Saya tidak lalu harus melacurkan harga diri hanya untuk mengejar jabatan dan kekayaan. Untuk apa? Karena ibarat minum air laut, semakin kita minum, kita akan semakin kehausan. Maka tidak ada gunanya. Kalau demikian halnya, untuk apa harus menimbun kekayaan, jika yang ada pun sudah cukup atau jangan-jangan lebih?” ujarnya dengan sorot matanya yang tajam.
“Bos saya selalu merasa heran melihat saya, karena tidak pernah ambisi untuk mendapatkan ini-itu. Tetapi saya selalu ingin menuntaskan dengan baik, pekerjaan apa pun yang dibebankan kepada saya. Menyelesaikan tugas dengan penuh tanggungjawab adalah ibadah…!” katanya tanpa ragu. Dan memang pria yang menyelesaikan S2 nya di Universitas Indonesia ini, tidak pernah ragu-ragu mengemukakan pendapatnya, sebagaimana dia tidak ragu, akan pulang kampung ke Pangururan, kalau sudah pensiun nanti. “Siapa lagi yang peduli Pangururan, kalau bukan kita-kita?” ujarnya dengan mata menerawang ke langit-langit. Barangkali saja, di benaknya terekam program pembangunan toilet alias WC di Labuan Pangururan yang tidak pernah tuntas…(Bahamai komandan..?)
No comments:
Post a Comment