PANUTURI, bisa juga disebut penasehat, kendati arti yang sebenarnya adalah memperbaiki atau meluruskan sesuatu menjadi benar. Rumah ini, diperuntukkan sebagai wadah komunikasi keturunan Raja Naibaho yang tersebar di seluruh Dunia.
Monday, July 31, 2006
Jumaga Naibaho: Berani Tapi Jangan Memberanikan Diri
Memang sudah tidak muda lagi kalau dilihat dari usiamu yang sudah 46 tahun, karena engkau lahir, 14 Febuari 1960. Sudah 46 tahun. Tapi bagi Naibaho yang di Jakarta, untuk terjun di paradaton, dan menjadi Raja Parhata tentu masih tergolong belia, karena Raja Parhata yang lain, sudah diatas 50 dan mereka itu hehehe…
Engkau bilang, bahwa dirimu tidak pernah bercita-cita untuk jadi Raja Parhata. Namun sejak kecil sangat suka mendengar akka Omputta marnonang. Dan engkau pun memiliki kemauan untuk menggunakan nasehat Ompungta : “Tinggil manangi-nangi, bakkol manghatahon”. Maka kalau dari bibirmu mengalir pas segala hal, apakah itu Umpama atau Umpasa, saat kau memandu paradaton di Raja Naibaho, tentu bukan begitu saja turun dari langit. Tapi upayamu sejak kecil, berbuah bagus kini bagi Raja Naibaho. Sebab kalau tidak, wadooo…kaderisasi di Raja Naibaho ini, tentu mandek.
Pengakuanmu bahwa jadi Raja Parhata itu sebenarnya tidak sulit. Ada kesempatan dan kita berani. Itu saja… Dan lalu, kau pun mengurai perbedaaan antara berani dan memberanikan diri. Berani kau sebut sebagai sangat positif, tetapi memberanikan diri adalah negatif. Dan soal ini, engkau akan paparkan ke calon-calon Raja Parhata Nabaho yang kurang lebih sebaya dengan kau.
Jadi, Jumaga Naibaho berbahagialah, karena ito-itomu, manang parboruonta banyak yang bangga padamu. Dan karena itu, Tionggun Gultom 44, mantan TTMmu selama 4 tahun, Ibunya Novalina 18 tahun yang kini duduk di kelas 3 SMA, Chandara Irawan 16 kelas 2 SMA, Nasib Hiskia Kevin 9 tahun, sebaiknya mendukungmu. Bukan apa-apa, banyak orang yang mengatakan, kesuksesan seorang pria, ada wanita anggun di belakangnnya. Jadi…?
Kendati banyak konsep yang ingin kau akan sampaikan dalam Naibaho, agar paradaton itu tidak monoton, namun engkau yakini yang berjalan saat ini masih cukup baik. Soal ada yang kurang lebih itu hal biasa. Dan pembicaraan pun kau tutup dengan mengutip sebuah umpama :
“Pauk-pauk hudali,
Arit-arit tarugi.
Nadenggan taulahi,
Nasala tapauli.”
Memang bah! Horas jala gabe.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment